Menu

  • Home
  • PROPIL
    • Visi Dan Misi
    • Tema dan Subtema
    • Target & Barchat Renstra 2021-2022
    • Pendirian
      • Sejarah GKPA
      • Naskah Panjaeon
      • Tata Gereja dan Tata Laksana
      • Penjelasan Logo
    • Statistik GKPA
    • Mitra GKPA
      • Mitra Dalam Negeri
      • Mitra Luar Negeri
    • Yayasan Dan Lembaga
      • Panti Asuhan Debora Silangge
      • SMK Abdi Masyarakat
      • SMP Aek Bingke
      • BPKM Muara Sipongi
    • Parhobas
      • Parhobas Kantor Pusat
      • Parhobas Na Gok
  • Berita
    • Terbaru
    • Artikel
    • Pengumuman
    • Haul Na Marboho
    • Ayat Dohot Ende
    • Partangiangan Bona Taon
  • Galeri
    • Video
    • Foto
  • BAHAN PA
    • Bahan PA Sekolah Minggu
    • Bahan PA Remaja
    • Bahan PA Pemuda
    • Bahan PA Perempuan
    • Bahan PA Kaum Bapak
    • Bahan PA Lansia
  • Pimpinan Sinode GKPA
    • Ephorus
    • Sekjend
    • Biro I Umum
    • Biro II Keuangan
    • Biro III PWG
    • Biro IV Usaha Jasa
    • Biro V Hukum
  • Web Mail
  • Log in

Renungan hari ini: “JANGAN MENCOBAI TUHAN, ALLAHMU” (Lukas 4:12)

Renungan hari ini: 

“JANGAN MENCOBAI TUHAN, ALLAHMU”

 

Lukas 4:12 (TB) Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Luke 4:12 (NET) Jesus answered him, “It is said, You are not to put the Lord your God to the test”

Arti dari mencobai Tuhan adalah “Menantang Tuhan dengan meragukan kekuasaan-Nya melalui ucapan-ucapan yang bernada cemoohan kepada Tuhan”.  Hal ini disebabkan oleh hati yang bebal dan tidak percaya kepada Tuhan.  Bangsa Israel berulangkali tidak menjaga mulutnya dari berbuat dosa.  Mereka terpancing dengan situasi sulit dan keadaan lainnya, sehingga mereka berkata: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”

Mencobai TUHAN bisa dilakukan secara langsung dengan kesadaran penuh untuk melawan Allah atau memberontak kepada Allah. Bisa pula diakibatkan oleh diri sendiri karena kurang mengerti, minim dalam pemahaman, akhirnya terbawa dan terjebak dalam arus yang salah. Dan, tanpa sadar, mereka telah mencobai Tuhan. 

Pernahkah kita mencobai Tuhan? Kita barangkali mengingkarinya. Tapi fakta menunjukkan bahwa banyak orang Kristen telah mencobai Tuhan, dengan atau tanpa sengaja. Yang lebih menyedihkan, banyak dari mereka yang mencobai Tuhan tetapi menganggapnya sebagai sebuah ekspresi iman yang benar.

Dengan klaim alkitabiah, tampillah bermacam-macam tindakan mencobai Tuhan. Sementara yang disebut alkitabiah itu nyaris tidak jelas. Apakah yang dimaksud dengan alkitabiah? Apakah kalau menyitir ayat Kitab Suci lalu sebuah kotbah disebut alkitabiah? Untuk sebuah ayat Alkitab, bisa muncul penafsiran yang beragam dan saling bertolak belakang. Karena itu setialah pada Alkitab. Setialah pada konteks dan latar belakang ayat yang diangkat.

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa kita mau mencobai TUHAN? Apakah faktor yang menyebabkan kita mencobai TUHAN? Ada beberapa faktor yang membuat kita mencobai TUHAN, yakni:

Pertama, karena didorong hawa nafsu. Paulus menuliskan bahwa penyebab kita mencobai TUHAN adalah karena ingin memuaskan hawa nafsunya (1 Kor. 10:9). Dengan bertolak dari pengalaman perjalanan bangsa Israel, Paulus memberikan wawasan bagi umat Korintus agar tidak terperangkap dalam kesalahan fatal yang sama. Pengalaman perjalanan bangsa Israel berisi rentetan peristiwa pengkhianatan kehendak Tuhan karena didorong oleh kecenderungan untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Untuk memuaskan nafsu mereka, mereka membuat patung dari tuangan emas dan menyembahnya. Beberapa kebiasaan kafir dari Mesir mereka bawa dan praktikkan. Termasuk juga melakukan pesta seks yang merupakan bagian dari ritus kafir. Melalui semuanya ini, mereka mau menunjukkan penentangan mereka pada Allah dengan menganut ajaran dan praktek hidup yang sesat. Mereka berontak dan tak rela tunduk kepada Allah yang sudah memimpin mereka ke luar dari tanah perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan, Kanaan.

Kedua, karena muncullnya ajaran sesat. Mengapa banyak ajaran sesat muncul? Tak lain karena mereka mau mencobai Allah. Mereka mau meniadakan Tuhan yang utuh dan sejati. Mereka mencoba membongkar-pasang Tuhan dan mendirikan “tuhan” menurut pikiran mereka. Fenomena yang sama terjadi pada zaman kita ini. Christian Sains, Saksi Yehovah, Mormon dan berbagai macam sekte tumbuh subur dalam lingkungan Kristen. Ada Children of God yang asyik dengan pesta seks. 

Belakangan ini muncul pula bentuk-bentuk kekristenan yang aneh-aneh yang lagi-lagi mengklaim dirinya sebagai bentuk ekspresif yang paling kristiani. Mereka muncul sebagai gereja, resmi dalam badan tertentu, resmi menyebut Yesus, tetapi dalam konsep yang lain. Ini yang menakutkan! Allah yang seperti apa? Kristus yang seperti apa? Allah yang hanya memuaskan hawa nafsu? Bila demikian, berhati-hatilah! Allah yang diceritakan Alkitab bukanlah Allah yang memuaskan hawa nafsu kita. 

Ketiga, karena kita membuat perhitungan dengan TUHAN. Janganlah kita membuat perhitungan dengan Tuhan. Berhentilah mengatakan, “Tuhan, saya tahu, Engkau Allah yang mahakuasa. Buktikanlah kekuasaan-Mu itu dengan mengeluarkan aku dari penyakit ini!” Bila Allah mengabulkan doa kita, sadarlah, hal itu terjadi karena cinta dan kemurahan-Nya. Bukan wujud iman kita yang benar. Allah tidak perlu membuktikan diri kepada kita. Dia tetap Allah sekalipun kita tidak mengakuinya. Dia tetap Allah sekalipun kita meninggalkan-Nya. Dia tidak berubah hanya karena kita berubah. Berhati-hati dan bersikaplah bijak. Jangan menggantikan Allah yang sejati dengan “allah-allah’ yang lain oleh karena hawa nafsu kita seperti yang dilakukan umat Israel. 

Keempat, karena kita menuntut bukti. Markus 8:11-13 menunjukkan bentuk tindakan mencobai Tuhan yang lain, yaitu meminta tanda. “Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: ‘Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.”

Mereka menuntut bukti. “Buktikanlah bahwa Engkau anak Allah, turunkanlah api dari langit,” kata mereka. Kristus menjadi sedih. Dalam Markus diceritakan bagaimana kemudian Kristus berkata bahwa bagi bangsa atau angkatan ini tidak ada tanda, kecuali tanda Yunus. Tanda Yunus dipahami waktu itu sebagai tanda kebangkitan, tanda kemenangan. Maka Ia pun berkata, “Rubuhkan Bait Allah ini, kemudian Aku akan membangunnya kembali dalam tempo tiga hari.” Dia berbicara tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi orang lain mengejek. Mereka tidak percaya bahwa Kristus-lah anak Allah yang hidup, sekalipun mereka melihat banyak hal yang Dia lakukan. 

Mereka menuntut suatu tanda: “Tunjukkan kalau Engkau anak Allah.” Tapi Kristus tak mengabulkan tuntutan mereka. Mengapa? Karena Kristus tidak mau tunduk kepada keinginan mereka yang minta tanda hanya untuk memuaskan keinginan mereka saja. Apakah kalau api turun dari langit lalu mereka akan percaya dan menerima Kristus Yesus? Tidak! Yesus tahu persis itu. Kalau memang mereka mau bertobat, Yesus mau menurunkannya, karena Ia mau semua orang selamat. Akan tetapi, Kristus tahu kedegilan hati mereka. Jangankan api dari langit, sekalipun api menutupi seluruh bumi, mereka tidak akan berubah. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan bahwa bangsa ini lebih degil daripada Sodom Gomora. Sodom Gomora memang dibumihanguskan, tetapi itu karena mereka tidak pernah melihat mukjizat. Bangsa Israel begitu degil. Sekalipun orang Israel melihat mukjizat, mereka tetap tidak bertobat.  

Seringkali kita menuntut tanda dari Tuhan sebagai prasyarat bagi penyerahan total kita pada Tuhan. Bilapun Tuhan menjawab doa Anda, janganlah Anda berpikir bahwa iman Anda kuat dan hebat. Sebaliknya, hal itu membuktikan kelemahan iman Anda dan Tuhan memahami itu. 

Kelima, karena kita memberontak terhadap Allah. Pada Mazmur 78:56 tertulis: “Tetapi mereka mencobai dan memberontak kepada Allah Yang Mahatinggi dan tidak berpegang pada peringatan-Nya.” Ada tiga hal yang ditunjukkan dalam ayat itu: mencobai, memberontak dan tidak berpegang pada peringatan-Nya. Ketiga hal ini mirip, hanya pendekatannya yang berbeda. Semuanya didorong oleh keinginan untuk memuaskan hawa nafsunya dan karena tidak mau percaya pada ketetapan Allah. 

Pemberontakan terhadap Allah bisa muncul dalam berbagai rupa. Tidak jarang kita memberontak terhadap Tuhan karena kita merasa kehendak Tuhan itu tidak sejalan dengan keinginan dan harapan kita. Kita lupa bahwa sebagai manusia, kita serba terbatas. Keterbatasan itulah yang membuat kita tidak mampu melihat horison yang lebih jauh dari kemanusiaan kita. Keterbatasan itu seharusnya membuat kita terbuka pada kebesaran Tuhan, bukan malah membatasi Tuhan atau menggantikan posisi Tuhan seperti dilakukan Adam dan Hawa di Taman Eden. Karena ingin seperti Tuhan, perintah-Nya pun dilabrak. 

Jangan mencobai Tuhan. Dialah Allah yang menciptakan manusia. Dialah yang menciptakan seluruh alam semesta. Pada-Nya kita harus tunduk, bukan malah mencobai Dia. Belajarlah pasrah (sumeleh) dan menerima apa yang telah ditetapkan-Nya. Bekerja dan berkaryalah semaksimal mungkin. Belajarlah peka pada pimpinan-Nya. Kalau Dia memberi, bersyukurlah! Bila tidak, jangan kecewa! Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita. Jangan mencobai Tuhan. Dia Allah yang maha tahu. Dia tahu hati dan pikiran kita. Dia mengetahui seluruh perjalanan alam semesta. Mengapa kita mau mencobai Dia? Mengapa kita yang terbatas ini ingin mencobai Dia yang tak terbatas? Karena itu, jangan mencobai Tuhan Allah kita karena Dia adalah Allah yang memegang masa depan kita, seluruh manusia dan dunia ini. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

By : RSNHARAHAP, 2023-01-06

Unit Usaha

    YOUTUBE GKPA

    GKPA - LINKS

    • GKPA MEDAN BARAT
    • GKPA Distrik IV
    • PEKABARAN INJIL GKPA
    • IG SIOBAN BARITA
    • FACEBOOK GKPA
    • TWITTER GKPA
    • YOUTUBE GKPA
    • Donwload Pesan Natal 2021
    • Donwload Ibadah Keluarga 2022

BERITA SEBELUMNYA

  • KOTBAH MINGGU LETARE Minggu, 19 Maret 2023: “BERSUKACITA KARENA PERCAYA”
  • Renungan hari ini: “JANGANLAH MENINDAS JANDA DAN ANAK YATIM” (Zakharia 7:10)
  • Renungan hari ini:“BEDA LATIAHAN BADANI DENGAN IBADAH” (1 Timotius 4:8)
  • Renungan hari ini: “DIBERKATILAH ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN” (Yeremia 17:7)
  • Renungan hari ini: “DOA PAULUS” (Filipi 1:9)
  • Renungan hari ini: “JANGAN KAMU SALING MENDUSTAI” (Kolose 3:9)
  • Renungan hari ini: “MENGUASAI DIRI” (1 Korintus 9:25)
  • KOTBAH MINGGU OKULI Minggu, 12 MARET 2023: “MENYEMBAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI”
  • Renungan hari ini: “HATI MENCERMINKAN DIRIKITA” (Amsal 27:19)
  • Renungan hari ini: “MENGENAKAN PERLENGKAPAN SENJATA TERANG” (Roma 13:14)
  • Renungan hari ini: “DIBENARKAN BUKAN KARENA HUKUM TAURAT” (Roma 3:20)
  • Renungan hari ini: “YESUS MAKIN BESAR, TETAPI YOHANES MAKIN KECIL” (Yohanes 3:30)
  • Renungan hari ini: “TUHAN MENGINGAT PERJANJIANNYA” (Yehezkiel 16:60)
  • Renungan hari ini: “ATURAN PERTEMANAN” (Lukas 6:31)
  • KOTBAH MINGGU REMINISCERE Minggu, 05 MARET 2023: “DIBENARKAN KARENA IMAN”
  • Renungan hari ini: “HARI SABAT UNTUK MANUSIA” (Markus 2:27)
  • Renungan hari ini: “ALLAH MEMBERIKAN KEKUATAN DAN KEKAYAAN” (Ulangan 8:18)
  • Renungan hari ini: “BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIANIAYA” (Matius 5:10)
  • Kerangka Acuan Bulan Pelayanan Zending dan Tata Ibadah
  • Renungan hari ini: “SERIGALA DAN ANAK DOMBA BERSAMA-SAMA MAKAN RUMPUT” (Yesaya 65:25)

Kantor Pusat GKPA

Jl. Teuku Umar No. 102.
Padangsidimpuan, 22722
Sumatera Utara, Indonesia
Email : kp_gkpa@yahoo.com
HP / WA : 0813 9730 3663
Fax : (0634) 22751
Copyright admin@gkpa.or.id - 2016